Posts

Cerita Manusiaa

Borjuis Desa yang Dilupakan Millenial

Semasa kuliah saya diperkenalkan berbagai bahasa asing mulai dari kapitalisme, sosialisme, primordialisme, seksisme dan isme lainnya yangn membuat kepala semakin pusing dengan semua bahasa alien tersebut, namun yang paling saya ingat adalah dua bahasa yang diperkenalkan Marx yakni proletar dan borjuis. Proletar adalah kelompok manusia yang tidak memiliki modal, alat-alat produksi dan hanya mengandalkan potensi ketubuhan seperti pemikiran dan tenaga untuk menghasilkan sesuap nasi. Sedangkan kaum borjuis ialah sekelompok orang yang memiliki alat-alat produksi, memiliki modal dan biasanya mengatur, mengontrol dan seringnya menindas kaum proletar yang bekerja dengan mereka. Singkatnya borjuis adalah orang kaya yang ditakuti dan proletar adalah buruh yang menderita. Itulah teori yang melekat selama 4 tahun saat saya kuliah, bahwa ada kaum rendahan yang ditindas dan kaum yang selalu ingin diberantas. Tetapi setelah habis bangku kuliah saya telan tanpa minum itu realita lain telah saya temuka

KEGAGALAN ADALAH KESUKSESAN YANG TERTUNDA, Apakah Benar Demikian?

 Mengapa kita selalu menjauhi kegagalan?  Mengapa kita selalu ingin sukses?  Apakah kegagalan itu haram dan tidak boleh?  Apakah menjadi manusia wajib sukses?  Apakah kita akan selalu gagal jika sudah sekali saja gagal?  Apakah ketika sukses itu akan menjadi kekal?  Mengapa gagal selalu dianggap negatif?  Setelah saya menjalani hidup, saya menyadari bahwa hidup senantiasa gagal dan berhasil, tidak stuck di salah satu kata saja. Itu artinya kita tidak bisa menghindari atau mempertahankan salah satunya saja, sekuat apapun kita mencoba, keduanya akan saling bergantian mengisi hidup.  Kegagalan dan keberhasilan adalah satu variasi hidup layaknya varian warna biru dan kuning, lalu apakah ada yang lebih superior dari kedua warna tersebut?  Tidak ada, namun seringnya kita termasuk saya senang sekali melabeli sesuatu, bahwa kegagalan bersifat negatif dan harus dijauhi sedangkan keberhasilan bersifat positif yang harus selalu digenggam.  Ketika saya mengatakan hal ini, apakah saya sedang memin

Kenapa Orang Indonesia Suka Tanya Kapan?

Image
 Pernah di tanya "kapan" yang menyebalkan?  Kapan nikah? Kapan lulus? Kapan punya anak? Kapan kerja? Kapan punya mobil dan rumah?  Kemudian yang di tanya akan merasa privasinya diubek ubek, dikepoin, dipojokkan, disindir dan lain-lainnya.  Padahal kalau punya rencana nikah, punya pasangan, nggak baru diselingkuhin atau ditinggalin pertanyaan kapan nikah bukan masalah yang besar.  Kalau lulus tepat waktu dan nggak ada masalah sama dosen dan administrasi, atau yang lain sebagainya, pertanyaan kapan lulus bisa dijawab dengan mudah.  BACA JUGA  Pertanyaan Menjengkelkan Seputar Perkuliahan Kalau punya skill, network, dana dan kesempatan, nggk akan kikuk kok kalau ditanya kapan kerja?  Nah kelihatan kan masalahnya di mana? Masalahnya akan selesai kalau ikut aturan komunitas, yakni aturan masyarakat.  Aturannya mudah, yakni harus memiliki kesamaan dengan kebanyakan orang, kalau orang nikah umur 20 tahun maka untuk menghindar dari pertanyaan "kapan nikah?" Menikahlah di usi

Maharnya Perempuan Berpendidikan

Image
 Mahar adalah salah satu syarat yang harus dipersiapkan untuk menikah, meskipun yang paling utama adalah pasangannya.  Besarnya mahar juga bervariasi mulai dari seperangkat alat sholat sampai berlembar-lembar saham BCA, tergantung dari seberapa kuat lobi melobi antar keluarga. Besar kecilnya mahar ini juga selain kuatnya skill komunikasi juga ditentukan oleh pendidikan perempuan. Yang mana semakin tinggi pendidikan perempuan semakin besar nilai mahar yang harus diberikan.  Ya sebenarnya tidak masalah karena ilmu managemen juga bisa dipakai dalam urusan rumah tangga, ilmu sosiologi bisa dipakai untuk mengetahui cara bersosialisasi dengan para ipar dan tante tante yang suka banyak tanya. Ilmu kimia juga bisa dipakai untuk masak memasak di acara keluarga besar.  BACA JUG Cowokmu kan Udah Mapan, Kapan mau Menikah? Belum lagi cara mengatur uang yang dikirim sebulan sekali bahkan seringnya telat oleh orang tua, sangat berharga untuk modal pernikahan nantinya. Terutama bagi pelajar yang meran

Antara Anak dan Orang Tua, Siapa yang Wajib Membahagiakan Siapa?

Image
 Beberapa waktu lalu kepala saya dipusingkan dengan siapa yang harus membahagiakan, apakah orang tua wajib membahagiakan anak atau anak yang wajib membahagiakan orang tua atau seharusnya kita bertanggungjawab atas kebahagiaan kita sendiri?  Lalu pertanyaan lainnya yang muncul adalah: anak itu gak pernah minta untuk dilahirkan, memiliki anak adalah diskusi antara suami dan istri yang seringnya alasannya adalah memang masyarakat biasa mengajarkan demikian atau ingin dirawat semasa tua.  Satu sisi gak bisa dong menyalahkan masyarakat yang sudah bertahun-tahun hidup dengan role seperti itu, dan sisi lain keinginan para orang tua yang punya anak supaya dirawat saat  tua itu egois gak sih? Dengan dalih sudah merawat sejak kecil mereka merasa bahwa wajib bagi anak membahagiakan atau merawat mereka saat tua, padahal kan anak gak minta dilahirin, yang minta anak ya orang tua maka wajib bagi mereka untuk membesarkan dengan penuh kasih dan sayang.  Saya pernah tanya dengan teman teman saya tentan

Cowokmu kan Udah Mapan, Kapan Kamu Mau Nikah?

Image
 Kamu kapan mau nikah? Kan dia udah mapan.  Kata beberapa orang yang sebenarnya gak paham sama pertanyaan yang dibuatnya sendiri.  Kenapa? Pertama dia menjelaskan kondisi si A (biasanya cowok) yang sudah mapan (secara ekonomi) lalu dia mempertanyakan si B (biasanya cewek) untuk kesiapannya tentang sebuah pernikahan.  Menurutku ini sebuah kesalahan, karena yang sudah mapan siapa yang ditanya sudah siap menikah siapa?  BACA JUGA  Layaknya Menikah Bercerai Juga Cara Untuk Bahagia Seharusnya kalimatnya bisa diganti dengan "kamu udah mempersiapkan apa saja untuk menikah?" (Netral bisa ditanya ke cowok atau ke cewek). Bukan gak nyambung begitu pertanyaan dan latar belakang pertanyaannya.  Sebenarnya aku paham konteks dari pertanyaan ini karena biasanya dan masih dibiasakan bahwa untuk melihat laki-laki sudah siap menikah adalah dari finansialnya, sedangkan perempuan biasanya dari usia.  Tentu gak asing bagi kalian para perempuan yang sudah 20 ke atas, paling sering 25 an ditanya &q

Mengkultuskan Diri Sendiri

Image
 "Semoga ke depannya menjadi anak yang lebih baik lagi, lebih nurut, sopan sama orang tua, berbakti kepada orang tua" BACA JUGA Derana Kata seorang yang punya anak dan menuntut anak menjadi apa yang tidak pernah dicontohkan.  Dalam hati saya tertawa "apakah nenek tua itu paham maksudnya?" Meminta anak menurut kepadanya yang seringnya dia tidak mencontohkan hal yang diminta kepada kedua orang tua nya.  Lihat kalimatnya harus baik, patuh, sopan. Sangat mengkultuskn diri sendiri, padahal manusia gak ada yang sempurna kenapa harus sebegitu sucinya dia untuk diperlakukan demikian?  Ups, bukan hanya itu, si nenek ini bahkan tidak meminta maaf kembali layaknya orang-orang lain ber lebaran. Emang dia gak punya salah sama anaknya? Waktu marah marah nanya tupperware di mana dan bilang anaknya yang ngilangin rupanya ketinggalan di rumah tetangga terus bilang "kalau gak kamu siapa lagi?" What the hell.  Giliran diingati jawabnya "nanti kamu rasain sendiri kalau s